Bahwasanya persiapan untuk jihad itu mencakup dua aspek penting, yaitu personal dan peralatan, namun personal lebih didahulukan daripada peralatan. Pada saat ini, kita besama menyaksikan ada beberapa pasukan tentara mengalami kekalahan , meskipun jumlahnya banyak dan peralatannya canggih. ini menunjukkan bahwa pasukan ini belum mempersiapkan personalnya untuk berperang dengan benar." (Khalid Ahmad Syantut dalam Tarbiyah Askariyah)
Berjihad dan Berdakwah merupakan bagian dari agama ini, yang antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang berdakwah dengan mencurahkan segenap potensi yang ada pada dirinya untuk mengajak manusia kepada kebenaran, maka itu adalah sebuah jihad, yaitu jihad dalam maksud Bersungguh -sungguh mengerahkan segala potensi yang ada pada dirinya guna mengajak manusia kepada kebenaran yang sejati yaitu Al-Islam. Begitu pun seseorang yang Berjihad, berperang di jalan Allah, maka sungguh dia telah melakukan amal yang paling utama dalam agama ini.
"Rasulullah pernah ditanya, Amalan apa yang paling utama? beliau menjawab, Beriman kepada Allah, Kemudian? beliau menjawab, Jihad (berperang) di jalan Allah. Lalu? beliau menjawab. Haji Mabrur." (HR. Muslim)
Ketika "persiapan untuk jihad itu mencakup dua aspek penting, yaitu personal dan peralatan, namun personal lebih didahulukan daripada peralatan." maka hal ini berlaku pula dalam hal Berdakwah, Mempersiapkan Personal harus didahulukan dan menjadi agenda yang utama bagi mereka yang bergelut di medan dakwah.
"Menancapkan dengan kuat keyakinan kepada Allah, Mendidik personal (diri sendiri) dalam hal akhlak, gemar dalam mencari ilmu, membiasakan diri dalam beribadah secara benar, menghargai waktu sebagai nikmat Allah yang besar, yang tidak mungkin bisa untuk diulang kembali,", semua ini harus didahulukan dan menjadi agenda utama bagi mereka yang bergelut dalam dakwah.
Adlah sebuah ironi ketika dakwah ini harus diisi oleh orang-orang yang lemah secara keyakinan, mandeg dalam mencari ilmu, keliru, atau bukan hanya keliru, tetapi juga malas dalam beribadah, tidak menghargai waktu, membisakan diri telat untuk datang menepati janji, telat untuk datang memenuhi panggilan sholat, bahkan tidak perhatian sama sekali dalam akhlaknya,serta terbawa oleh arus pemikiran yang liberal, tidak paham dan anti terhadap nash (baik al Qur'an maupun hadist),lalu mendasarkan semua nya hanya kepada kemampuan akal.
Menyikapi semua ironi ini, hanya satu pesan dari saya, untuk saya sendiri dan juga untuk antum wa antunna semua
"Marilah kita semua mempersiapkan diri dengan baik, menghadirkan dan melekatkan kepribadian islam yang utuh (Syakhsiyyah Islamiyah) pada diri kita, dan secara perlahan ambillah/gunakanlah peralatan dakwah yang sudah tersedia agar orang-orang bisa merasakan nikmat nya Islam yang sebenarnya. Semoga Allah memberikan pertolonganNya kepada kita semua. Amin"
Ahmad Mulyono
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Minggu, 23 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar